pengaruh intelegence pada perkembangan peserta didik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Intelegesi merupakan salah satu factor yang sangat mempengaruhi tingkah laku sesorang, dan intelegensi dapat di peroleh melalui pengalaman., selain itu, factor interinstik dan eksterinsik sangat mampengaruhi intelek, tetapi intelegensi yang tinggi tidak menjamin kesuksesan seseorang

B. permasalahan
intelegensi merupakan factor yang sangat berperan dalam kehidupan seseorang. Dibawah ini akan dikemukakan beberapa permasalahan, antar lain:
1. apa pengertian intelegensi?
2. apa factor factor yang mempengaruhi intelegensi?
3. tes intelegensi
4. bagai mana hubungan intelegesi dengan tingkah laku (remja)?
5. bagaimana hubungan intelegesi dengan kehidupan seseorang ?
6. perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan intelegensi
7. apa usaha untuk membantu mengembangkan intelek remaja?

C. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui apa pengertian dari
intelegensi?, factor-faktor yang mempengaruhinya, hubungan dengan kehidupan, perbedaan kemampuan intelek, dan lain-lain. Selain itu agar dapat bermanfaat bagi belajar dan kehidupan kita.







BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian.
Menurut kamus Webster New World Dictionary Of America Leaguage,intelgensi berarti:
1. kecakapan untuk berfikir mengamati atau mengarti;kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan lain-lain. Dengan demikian kecakapan berda berbeda dari kemampuan dan perasaan. 2. kecakapan mental yang besar, sangat intelegensi 3. fikiran atau intelegensi.
Menurut super dan cites, intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan atau belajar dari pengalaman.
Menurut Garret (1946), intelegensi adalah kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan symbol-simbol. Menurut William stern intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berfikir.
Menurut Wachler (1958), intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan manguasai lingkungan secara efektif.
Menurut Singgih Gunarsa, intelegensi adalah suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetehuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubunanya dengan linkungan dan masalah-masalah yang timbul.
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa intelegensi adalah kemampuan mental yang menggambarkan kecakapan berfikir dengan mengguankan pengertian atau sikap dalam memecahkan masalah yang dapat diperoleh dari pengalaman (lingkungan).


B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intelegensi peserta didik

1) pembawaan: pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. “batas kesanggupan kita”, yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.dan perbedaan individu itu masi tetap ada.

2. kematangan: tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia Telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Dan arus disadari bahwa kematangan kematangan berhubungan erat dengan umur.

3 pembentukan: pembetukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).

4 Minat dan pembawaan yang khas: minat mengerahkan perbuatan kepada suatu tujua dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam arti manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar. Dari manipulasi dan eksplorasi yang dilakukan terhadapdunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu.

5. Kebebasan: kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah. Manusia mempunyai kebebasan memilih masalah sesuai dengan kebutuhanya. Dengan adany kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamaya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.

C. Tes Intelegensi
Tes intelegensi ditemukan oleh Alfred Binet dan pembantunya Simon. Pada tahun 1908-1911 tes ini dinamakan sebagai Chelle Matrique De Intellegence atau skala pengukur kecerdasan. tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah di kelompokkan menurut umur (untuk anak umur 3-15 tahun), pertanyaan-pertanyaan ini sengaja di buat mengenai skala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti:
1. mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,
2. mengulang deretan angk-angka,
3. mamperbandingkan berat timbangan,
4. menceritakan isi gambar-gambar,
5. menyebut nama bermacam-macam warna,
6. menyebut harga mata uang,
7. dan lain sebagainya.

D.Hubungan Intelegensi dengan Tingkah Laku (Remaja)
Pikiran remaja sering dipenuhi ole hide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, dan adapt istiadat yang berlaku dilingkungan keluarga sering terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Kemampuan abstraksi mempermasalahakan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagai mana yang semestinya menurut alam pikirannya. Yang akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa.
Disamping itu pengaruh egosentris masi terlihat pada pikirannya.
1). cita cita dan idealisme yang baik, terlalu menitip beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan akibat lebih jauh tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan ketidakberhasilan menyelesaikan persoalan.
2). Kemampuan berpikir dengan pendapan sendiri, belum disertai pendapat orang lain dalam penilaiannya. Pendapat dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain mengenai dirinya.
Egosentrisme inilah yang menyebabkan “kekuatan” para remaja dalam cara befikir maupun bertingkah laku. Dan hal ini pula yang menimmbulkan perasaan “seperti” selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tinggkah laku yang kaku.

E.Hubungan Intelegensi Dengan Kehidupan Seseorang
Intelegensi sangat berperan penting dalam kehidupan seseorang akan tetapi intelegensi bukan satu-satunya factor yang menentukan sukses tidaknya seseorang, banyak lagi factor lain.
Factor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan, tidak dapat kita abaikan. Orang yang sakit-sakitan saja meskipun intelegensinya tinggi dapat gagal dalam usaha mengembangkan dirinya dalam kehidupannya. Demikian pula meskipun cerdas jika tidak ada kesempatan mengembangkan dirinya dapat pula gagal.
Juga watak (pribadi) seseorang amat berpengaruh dan turut menentukan. Banyak diantara orang yang memiliki intelegensi yang tinggi tetapi tidak mendapat kemajuan dalam kehidupanya. Ini disebabkan misalnya, kurang kemampuan bergaul dengan orang-orang lain dalam masyarakat.
Sebaliknya ada pula orang yang sebenarnya memiliki intelegensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletanya dan tidak banyak factor-faktor yang menggangu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelegensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orag itu ulet dan bertekun dalam usahanya.
Jadi, intelegensi seseorang memberikan kemungkinan untuk bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidipanya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula pada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.


F. Usaha Untuk Membantu Mengembangkan Intelegensi Remaja
Menurut Piaget sebagian besar usia remaja mampu memahami konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Guru dapat membantu mereka melakukan hal ini dengan selalu menggunakan pendekatan keterampilan proses (discovery approach) dan dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep dan abstraksi-abstraksi.
Karna siswa usia remaja ini masi dalam proses penyempurnaan penalaran, kita hendaknya tidak mempunyai anggapan bahwa mereka berpikir dengan cara yang sma dengan kita. Kita hendaknya tetap waspada terhadap bagai mana para siswa mengiterpretasi ide-ide mereeka dalam kelas, dengan memberikan kesempatan-kesempatan untuk mengdakan diskusi-diskusi secara baik dan dengan memberikan tugas-tugas penulisan makalah.
Pada usia ini para remaja mendekati evesiensi intelektual yang maksimal, tetapi kurangnya pengalaman membatasi pengtahuan mereka dan kecakapan untuk memanfaatkan yang diketahui. Karna itu pada tingkat ini diperlukan metode diskusi dan informasi untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila guru dihadapkan pada perbedaan-perbedaan interpretasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru hendaknya menjelaskan konse-konsep tersebut dengan sabar, simpatik dan dengan hati tebuka serta memotifasi siswa; bukan dengan jalan marah-marah atau tidak bisa menerima kesalahan siswa.












BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Intelegensi adalah kemampuan mental yang menggambarkan kecakapan befikir dengan menggunakan pengertian dalam memecahkan masalah yang diperoleh dari pengalaman. Factor-faktor yang mempengaruhi intelegensi antara lain: pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, dan kebebasan, tes intelegensi adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat kecerdasan seseorang, dan intelegensi sangat berhubungan dengan tingkah laku serta kehidupan seseorang dan usaha untuk mengembangkan intelegensi seseorang.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini mengandung kelemahan serta kekurangan sana sini, dan dalam hal ini penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun yang dapat penulis pakai dalam penyempurnaan makalah selanjutnya.












DAFTAR BACAAN
Hartono, Agung, Sunarti. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rineka Cipta, 2002
Purwanto, Ngalim.Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.1990