Kamis, 14 Oktober 2010

Asas-Asas Pembelajaran
Posted: Agustus 1, 2010 by techonly13 in Education, PTK, RPP, RPP B.Indonesia Kls 1-6, RPP IPA Kls 1, RPP IPA Kls 2, RPP IPA Kls 3, RPP IPA Kls 4, RPP IPA Kls 5, RPP IPA Kls VI, RPP IPS, RPP Tematik, Tips Internet, Tips facebook, blog, computer, handphone, kesehatan, musik
2
Pada bagian ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.



A. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
1. Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.



6. Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.

7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
• Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
• Penggunaan metode instruksional
• Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
• Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

2) Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.

7) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini.
1) Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
• Guru menggunakan metode secara bervariasi
• Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
• Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
• Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
• Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa
• Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
• Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa

2) Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
• Menggunakan multimetode dan multimedia
• Memberikan tugas secara individual dan kelompok
• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
• Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
• Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
• Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
• Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
• Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
• Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

4) Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun. Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya:
• Merancang pelaksanaan pengulangan
• Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
• Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
• Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
• Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi

5) Tantangan
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
• Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
• Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
• Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
• Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
• Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri
• Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi


6) Balikan dan penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
• Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
• Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
• Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
• Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
• Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
• Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas

7) Perbedaan individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
• Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
• Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
• Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan

KESIMPULAN
Dari pembahasan prinsip-prinsip belajar yang berimplikasi bagi siswa maupun guru, dalam satu kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru, kita dapat menemukan perwujudan/penampakan dari prinsip-prinsip belajar lebih dari satu. Kenyataan bahwa dalam satu kegiatan pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak menuntut guru untuk benar-benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
• Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Posted by fin-fina-fin at 00.03
Labels: Belajar dan Pembelajaran
Judul skripsi bimbingan dan konseling


1. Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok
Universitas Gadjah Mada) Magister

2. Hubungan antara persepsi terhadap bimbingan konseling, sikap terhadap bimbingan konseling, dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
( Universitas Gadjah Mada) Magister

3. Pengaruh bibliokonseling sebagai teknik konseling kelompok untuk mengurangi prasangka sosial siswa etnik Jawa dan Tionghoa
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

4. Hubungan hasil belajar keseluruhan matakuliah program studi bimbingan dan konseling dengan penyesuaian sosial mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

5. Hubungan antara tingkat penerimaan pelayanan bimbingan dan konseling dengan persepsi siswa terhadap pelayanan dan bimbingan dan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Padang
( Universitas Gadjah Mada) Magister
6. Efektivitas layanan konseling melalui pendekatan sugestif dibandingkan konseling melalui pendekatan persuasif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akademi Akuntansi Trisakti dengan indeks prestasi kumulatif di bawah 2
( Universitas Indonesia) Magister
7. Hubungan persepsi siswa terhadap suasana rumah dan bimbingan konseling di sekolah dengan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Palembang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

8. Tingkat unjuk kerja konselor dalam menyelenggarakan wawancara konseling awal ditelaah dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya : studi deskriptif-analitik terhadap para konselor di SMA negeri Kotamadya Bandung
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

9. Perbedaan penyesuaian diri di sekolah ditinjau dari sikap terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah, jenis kelamin dan tingkat kelas para siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister
10. Unsur-unsur informasi bimbingan dan konseling dalam adat-istiadat kelaziman serta kebiasaan hidup masyarakat Riung-Ngada
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

11. Efektivitas model bantuan Carkhuff dan konseling direktif dengan dan tanpa kontak mata dalam membantu konseli membuat keputusan pilihan program studi
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

12. Model pengembangan sistem bimbingan dan konseling yang fungsional di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

13. Tahap-tahap penalaran moral remaja menurut Kohlberg dalam latar sosial-budaya Flobamora : implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

14. Efektivitas pelatihan ketrampilan dasar konseling untuk meningkatkan ketrampilan konseling petugas TB
( Universitas Gadjah Mada) Magister
15. Persepsi siswa dan guru mata pelajaran terhadap pengelolaan bimbingan dan konseling pada SLTP Negeri di Kecamatan Baruga Kendari
( Universitas Negeri Makassar) Magister
16. Pengaruh konseling kepada ibu terhadap pengetahuan sikap dan perilaku menyusui secara eksklusif dan pertumbuhan bayi sampai umur 4 bulan di Kabupaten Minahasa
( Universitas Gadjah Mada) Magister

17. Pengaruh konseling kognitif terhadap depresi siswa SLTP dan SLTA di Kota Surabaya
( Universitas Gadjah Mada) Doktor
18. Pengaruh tingkat persepsi dan sikap mengenai pelaksanaan bimbingan konseling terhadap tingkat kesulitan belajar : studi pada siswa SMP negeri di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
( Universitas Negeri Makassar) Magister
19. Pengaruh konseling gizi dengan buklet terhadap konsumsi makanan dan status gizi penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister
20. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah : studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
( Universitas Indonesia)

Judul Skripsi

Judul skripsi bimbingan dan konseling

1. Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok
Universitas Gadjah Mada) Magister

2. Hubungan antara persepsi terhadap bimbingan konseling, sikap terhadap bimbingan konseling, dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
( Universitas Gadjah Mada) Magister

3. Pengaruh bibliokonseling sebagai teknik konseling kelompok untuk mengurangi prasangka sosial siswa etnik Jawa dan Tionghoa
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

4. Hubungan hasil belajar keseluruhan matakuliah program studi bimbingan dan konseling dengan penyesuaian sosial mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

5. Hubungan antara tingkat penerimaan pelayanan bimbingan dan konseling dengan persepsi siswa terhadap pelayanan dan bimbingan dan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Padang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

6. Efektivitas layanan konseling melalui pendekatan sugestif dibandingkan konseling melalui pendekatan persuasif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akademi Akuntansi Trisakti dengan indeks prestasi kumulatif di bawah 2
( Universitas Indonesia) Magister

7. Hubungan persepsi siswa terhadap suasana rumah dan bimbingan konseling di sekolah dengan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Palembang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

8. Tingkat unjuk kerja konselor dalam menyelenggarakan wawancara konseling awal ditelaah dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya : studi deskriptif-analitik terhadap para konselor di SMA negeri Kotamadya Bandung
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

9. Perbedaan penyesuaian diri di sekolah ditinjau dari sikap terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah, jenis kelamin dan tingkat kelas para siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister

10. Unsur-unsur informasi bimbingan dan konseling dalam adat-istiadat kelaziman serta kebiasaan hidup masyarakat Riung-Ngada
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

11. Efektivitas model bantuan Carkhuff dan konseling direktif dengan dan tanpa kontak mata dalam membantu konseli membuat keputusan pilihan program studi
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

12. Model pengembangan sistem bimbingan dan konseling yang fungsional di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

13. Tahap-tahap penalaran moral remaja menurut Kohlberg dalam latar sosial-budaya Flobamora : implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

14. Efektivitas pelatihan ketrampilan dasar konseling untuk meningkatkan ketrampilan konseling petugas TB
( Universitas Gadjah Mada) Magister

15. Persepsi siswa dan guru mata pelajaran terhadap pengelolaan bimbingan dan konseling pada SLTP Negeri di Kecamatan Baruga Kendari
( Universitas Negeri Makassar) Magister

16. Pengaruh konseling kepada ibu terhadap pengetahuan sikap dan perilaku menyusui secara eksklusif dan pertumbuhan bayi sampai umur 4 bulan di Kabupaten Minahasa
( Universitas Gadjah Mada) Magister

17. Pengaruh konseling kognitif terhadap depresi siswa SLTP dan SLTA di Kota Surabaya
( Universitas Gadjah Mada) Doktor

18. Pengaruh tingkat persepsi dan sikap mengenai pelaksanaan bimbingan konseling terhadap tingkat kesulitan belajar : studi pada siswa SMP negeri di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
( Universitas Negeri Makassar) Magister

19. Pengaruh konseling gizi dengan buklet terhadap konsumsi makanan dan status gizi penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister

20. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah : studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
( Universitas Indonesia)

Sejarah singkat Universitas Tadulako



Keberadaan perguruan tinggi di Sulawesi Tengah, sebagai cikal bakal Universitas Tadulako melalui 3 (tiga) tahapan perjalanan sejarah yaitu periode Tadulako status swasta (1963-1966), periode status Cabang (1966-1981), dan status Perguruan tinggi Negeri yang berdiri sendiri, UNIVERSITAS TADULAKO (UNTAD), dari tahun 1981 sampai sekarang.


1. Periode status Swasta (1963-1966)

Universitas Tadulako sebagai perguruan tinggi swasta, tumbuh dan berkembang dengan dukungan dana dari swadaya murni masyarakat Sulawesi Tengah, berdiri sebelum daerah Sulawesi Tengah berstatus sebagai Daerah Tingkat I. Pemberian nama Tadulako bagi Universitas ini dimaksudkan oleh para pendirinya agar Universitas Tadulako menjadi lembaga pendidikan Tinggi yang menghasilkan pemimpin-pemimpin yang memiliki sifat-sifat keutamaan. Tadulako secara kongkrit berarti Pemimpin, dan menurut sifatnya, Tadulako berarti Keutamaan. Dengan demikian Tadulako adalah pemimpin yang memiliki sifat-sifat keutamaan (adil, bijaksana, jujur, cerdas, berani, bersemangat, pengayom, pembela kebenaran).

Demikian kuatnya keinginan para pemuka masyarakat di daerah ini, yang memulai kerja kerasnya dengan meletakkan langkah-langkah kearah terciptanya lembaga dan masyarakat ilmiah, melalui terbentuknya sebuah Universitas. Dari kerja keras tersebut, pada tanggal 8 Mei 1963 berdirilah Universitas Tadulako dengan status swasta, dengan rektor pertama Drh. Nasri Gayur. Setelah melalui berbagai usaha untuk meningkatkan status dan peran Universitas Tadulako, pada tanggal 12 September 1964 ditingkatkan statusnya menjadi "TERDAFTAR" sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Nomor: 94/B-SWT/P/64,dengan empat fakultas,masing-masing :

§ Fakultas Sosial Politik.

§ Fakultas Ekonomi

§ Fakultas Peternakan

§ Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan, jurusan Ilmu Hayat dan Ilmu Pendidikan.

Perkembangan selanjutnuya bertambah lagi satu fakultas yaitu Fakultas Hukum sehingga keseluruhan menjadi lima fakultas.


2. Periode Cabang (1966 - 1981)

Berbagai upaya dan kerja keras yang dilakukan oleh pemuka masyarakat di daerah ini, melahirkan Perguruan Tinggi Negeri dengan status cabang, masing-masing Universitas Tadulako Cabang Universitas Hasanuddin, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 1 Tahun 1966 tanggal 1 Januari 1966 dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Ujung Pandang Cabang Palu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 2 Tahun 1966 tanggal 1 Januari 1966.

Universitas Tadulako Cabang Universitas Hasanuddin (Untad Cabang Unhas) terdiri atas empat fakultas yaitu:

§ Fakultas Peternakan.

§ Fakultas Ekonomi

§ Fakultas Hukum

§ Fakultas Sosial Politik.

Sedangkan IKIP Ujung Pandang Cabang Palu terdiri atas tiga fakultas yaitu:

§ Fakultas Ilmu Pendidikan

§ Fakultas Keguruan Sastra dan Seni

§ Fakultas Keguruan Ilmu Eksata.

Sejak saat itulah kedua perguruan tinggi cabang tersebut mengalami kehidupannya dengan cara yang amat ditentukan oleh induknya masing-masing, terutama dalam hal penyelenggaraan pendidikan, pengadaan tenaga akademik dan administrasi. Disamping peran perguruan tinggi induk yakni UNHAS dan IKIP Ujung Pandang, peran pemerintah daerah serta pemuka masyarakat di daerah ini sangat menentukan perkembangan kedua perguruan tinggi cabang tersebut.


3. Universitas Tadulako Berdiri Sendiri Tahun 1981

Setelah melalui perjalanan dan perjuangan panjang selama 15 Tahun dengan status cabang, berbagai pengalaman dan penyesuaian sisten pendidikan tinggi nasional, dapat dilaksanakan dengan satu komitmen peningkatan status yaitu pembentukan satu wadah universitas negeri yang berdiri sendiri. Dengan dukungan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan), Untad Cabang Unhas dan IKIP Ujung Pandang Cabang Palu secara sendiri-sendiri telah melakukan berbagai upaya berupa penataan akademik, administrasi dan penyediaan prasarana dan sarana yang dibutuhkan.

Untuk lebih mengefektifkan upaya mewujudkan satu Unversitas Negeri yang berdiri sendiri, pada tahun 1981 atas fasilitas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah, dibentuklah Koordinatorium Perguruan Tinggi Sulawesi Tengah (PTST) yang diketuai oleh Gubernur Sulawesi Tengah dengan enam orang wakil ketua yang berasal dari UNTAD Cabang UNHAS (3 orang) dan IKIP Ujung Pandang Cabang Palu (3 orang).

Upaya Koordinatorium PTST tersebut untuk menyatukan kembali kedua perguruan tinggi cabang di Sulawesi Tengah pada akhirnya muncul dan menjadi dasar yang lebih kokoh untuk berdirinya Universitas negeri yang berdiri sendiri. Atas dukungan dan upaya masyarakat di Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah, Rektor UNHAS, Rektor IKIP Ujung Pandang serta Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, akhirnya status cabang kedua lembaga pendidikan tinggi tersebut ditingkatkan menjadi Universitas Negeri yang berdiri sendiri, dengan nama UNIVERSITAS TADULAKO disingkat (UNTAD) sesuai dengan keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 1981 tanggal 14 Agustus 1981. Berdasarkan keputusan Presiden tersebut Untad terdiri atas 5 (lima) fakultas :

§ Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

§ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

§ Fakultas Ekonomi

§ Fakultas Pertanian

§ Fakultas Hukum

Dalam Pekembangan selanjutnya bertambah lagi satu fakultas yaitu Fakultas Teknik sesuai dengan surat Keputusan Menteri Pendidikan Dan kebudayaan RI Nomor: 0378/0/1993 tanggal 21 Oktober 1993.

Dari enam fakultas yang ada, saat ini universitas Tadulako menyelenggarakan Pendidikan Program sarjana dan program Diploma dengan 34 (tiga puluh empat) Program Studi.