Kamis, 05 Mei 2011

keterampilan konselor

BAB I
PENDAHULUAN
Konseling merupakan pekerjaan professional seperti hal nya guru. Sebagai suatu pekerjaan professional menuntut dimilikinya sejumlah kompetensi dan keterampilan tertentu. Selain itu, konseling juga merupakan suatu proses. Dalam setiap tahapan proses konseling memerlukan penerapan keterampilan-keterampilan tertentu. Agar proses konseling dapat berjalan secara lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efisien, konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan - keterampilan tertentu yang relevan.
Konselor yang terampil adalah yang mengetahui dan memahami sejumlah keterampilan tertentu dan mampu mengimplementasikan dalam proses konseling.
Secara umum proses konseling terbagi atas tiga tahap yaitu: pertama, tahap awal (tahap identifikasi masalah). Kedua, tahap pertengahan (tahap kerja dengan masalah tertentu). Ketiga, tahap akhir (action). Berikut akan dijelaskan keterampilan dalam masing-masing tahapan konseling.



















BAB II
KETERAMPILAN KONSELING
A. Tahap Awal
Tahap awal konseling disebut dengan tahap identifikasi masalah. Dalam tahap ini ada sejumlah keterampilan yang bisa diterapkan oleh konselor yaitu:
1. Keterampilan Attending (Attending Skills)
Keterampilan attending adalah perilaku konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam bentuk kontak mata dengan klien, bahasa tubuh dan bahasa lisan. Keterampilan attending juga mencerminkan bagaimana konselor menghampiri klien yang diwujudkan dalam perilaku di atas. Proses konseling menuntut keterlibatan atau pertisipasi dari klien. Oleh karena itu, kemampuan attending konselor, akan memudahkannya untuk membuat klien terlibat pembicaraan dan terbuka.
Contoh :
Klien : (Menceritakan masalahnya) saya ini sekarang malas belajar, karena sukar berkonsentrasi. Biasanya kalau belajar saya memaksakan diri, tapi tidak ada. Baru sebentar lagi saya mau ujian. Oleh karena itu, saya datang kesini mohon bantuan dari bapak.
Konselor : (Dengan tenang konselor menjawab)ya, saya akan membantu saudara. Kira-kira apa yang menyebabkan masalah saudara?
2. Keterampilan Mendengarkan
Keterampilan mendengarkan adalah kemampuan pembimbing atau konselor menyimak atau memperhatikan penuturan klien selama proses konseling berlangsung. Pembimbing atau konselor harus bisa jadi pendengar yang baik selama sesi konseling berlangsung Tanpa keterampilan ini, pembimbing atau konselor tidak akan dapat menangkap pesan pembicaraan.
Contoh :
Klien : Ayah saya adalah sumber kekuatan satu-satunya dalam rumah tangga, beliau pernah menjadi pejabat tinggi pemerintah dan kami begutu bangga padanya, kami tinggal dirumah besar punya mobil dan lain-lain. Sampai-sampai sekolahpun diantar sopir dengan mobil. Sekarang kondisi dan situasi sudah berubah, ayah pun telah pensiun dan jadi pemurung, beliau enggan menerima tamu dan lebih senang menyendiri. Untunglah ibu punya gagasan untuk berwiraswasta bengan memelihara ayam potong sehingga bisa membantu memikul beban keluarga. Ah . . . . saya fikirterlalu jujur . . . . oh . . . .maaf saya banyak melantur.
Konselor : Ah tidak apa-apa, saya senang saudara mau menceritakan hal tersebut pada saya, coba teruskan.
3. Keterampilan Berempati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirsakan klien , merasa dan berpikir bersam klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati diwali dengan simpati, yaitu kemampuan konselor memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien.
4. Keterampilan Refleksi
Keterampilan Refleksi adalah keterampilan pembimbing atau konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien.
Contoh :
Klien :Saya tahu jika ayah memendam kemarahanya, saya juga sedih karena hal itu. Inilah sebabnya saya datang berkonsultasi. Saya ingin supaya bisa kembali semangat belajar, terutama belajar kelompok bersama teman-teman. Saya sungguh ingin berhasil agar dapat membahagiakan ayah saya dan juga ibu yang sudah bersusah payah membantu mencari tambahan penghasilan untuk membiayai anak-anaknya setelah ayah pensiun.
Konselor :Saya senang sekali mendengar kemauan saudara untuk maju
5. Keterampilan Ekplorasi
Istilah ekplorasi berarti penelusuran atau penggalian. Keterampilan ekplorasi adalah suatu keterampilan konselor untuk untuk menggali perasaan , pikiran dan pengalaman klien.
6. Keterampilan Bertanya
Adalah suatu kemampuan pembimbing atau konselor mengajukan pertanyaan- pertanyaan pada sesi konseling.
Contoh :
Klien :Kemudian bagaimana dengan orang tua saya yang di Bali?
Konselor :Maksud saudara?
Klien :bagaimana orang tua saya di Bali yang sedih, karena adik saya yang satu-satunya itu nakalnya bukan main, sukar diatur, rasanya saya kok kasihan sama beliau dan saya ingin membantunya
Konselor :Mengapa?
7. Keterampilan Menangkap Pesan Utama
Dalam sesi konseling sering klien mengemukakan perasaan, pikiran dan pengalamanya secara berbelit- belit. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan konselor menangkap pesan utama. Keterampilan ini bertujuan untuk mengatakan kembali esensi atau inti ungkapan klien.
8. Keterampilan Memberikan Dorongan Minimal
Adalah kemampuan konselor memberikan dorongan langsung dan singkat terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien.
B. Tahap Pertengahan
1. Keterampilan Menyimpulkan Sementara
Adalah suatu kemampuan konselor bersama klien untuk menyampaikan kemajuan hasil pembicaraan, mempertajam atau memperjelas focus wawancara konseling.
2.Keterampilan Memimpin
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak menyimpang, konselor harus harus memimpin arah pembicaraan sehingga tujuan konseling dapat tercapai secara afektif dan efisien.
3. Keterampilan Memfokuskan
Seorang konselor yang efektif harus mempu membuat focus melalui perhatianya yang terseleksi terhadap pembicaraan terhadap klien. Kemampuan ini akan membantu klien memusatkan perhatiannya pada pokok pembicaraan.
4. Keterampilan Melakukan Konfrontasi
Konfrontasi merupakan suatu kemampuan konselor menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi antara perkataan dengan bahasa badan atau perbuatan dan ide awal dengan ide berikutnya.
5. Keterampilan Menjernihkan
Keterampilan menjernihkan adalah kemapuan konselor menjernihkan atau memperjelas ucapan- ucapan klien yang samar- samar, kurang jelas dan agak meragukan.
Contoh :
Klien :Iya . . .yah. Jadi saya tidak di buang. Saya di pisahkan dengan keluarga saya dengan maksud baik, dan memang hidup sayapun tidak pernah kekurangan suatu apapun. Dan orangtua saya sendiri melepaskan saya demi persaudaraan dan orang tua kandung saya tidak mempunyai maksud jahat.
Konselor :Maksud saudara?
Klien :Begini, ternyata saya mendapatkan kesempatan untuk belajar diperguruan tinggi sedangkan ke-4 kakak saya hanya satu yang sempat melanjutkan pendidikan di akademi. Ya, jadi nasib saya lebih baik.
7. Keterampilan Memudahkan
Memudahkan adalah suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalamannya secara bebas sehingga komunikasi dan partisipasi meningkat serta proses konseling berlangsung secara efektif.
8. Keterampilan Mengarahkan
Direccting adalah kemampuan konselor mengajak dan mengarahkan klien untuk berpatisipasi secara penuh dalam proses konseling.
9. Keterampilan Sailing
Dalam proses konseling, diam atau tidak bersuara bisa menjadi teknik konseling. Oleh sebab itu , konselor harus dapat memanfaatkan situasi.
11. Keterampilan Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif perlu dilakukan oleh konselor apabila klien kurang bersemangat untuk berbicara,sering diam dan kurang pertisipatif, keterampilan ini ini diterapkan apabila akan mengambil inisiatif jika klien tampak kurang bersemangat.
12. Keterampilan Memberi Nasihat
Nasihat bisa diberikan kepada klien apabila ia meminta, Meskipun demikian pemberian nasihat tatap perlu harus pertimbangkan.
Contoh :
Konselor :Ditempat yang baru itu pun anda dituntut
13. Keterampilan Memberi Informasi
Informasi diberikan oleh konselor kepada klien harus hal-hal yang diketahui konselor. Apabila konselor tidak mengetahui informasi apa yang dikehendaki klien, klien secara jujur harus mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui informasi dan sebaliknya.
14. Keterampilan Menafsirkan atau Interpretasi
Merupakan upaya konselor mengulas pikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk kepada teori-teori.
C. Tahap Akhir
1. Keterampilan Menyimpulkan
Merupakan kemampuan konselor mengambil inti pokok pembicaraan selama selama proses konseling berlangsung.
2. Keterampilan Merencanakan
Menjelang sesi akhir wawncara konseling, konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat rencana berupa suetu program untuk action, yaitu rencana perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan klien.
3. Keterampilan Menilai
Berarti kemampuan konselor menetapakan batas- batas atau ukuran-ukuran keberhasilan proses konseling yang telah dilaksanakan.
4. Keterampilan Mengakhiri Konseling
Konselor dituntut untuk dapat menutup proses konseling dengan mengatakan bahwa proses konseling telah cukup dilaksanakan pada hari ini dan bertanya kepada klien kapan dapat dilanjutkan kembali proses konselingnya.



BAB III
PENUTUP

Untuk dapat menjadi seorang konselor yang profesional, hendaknya dapat menguasai keterampilan-keterampilan konselingyang telah di uraikan diatas. Adapun tujuan penguasaan keterampilan konseling adalah agar proses konseling yang dilakukan dapat berjalan lancar, dan apabila terjadi kendala di tengah proses konseling, konselor dapat mengetahui hal apa yang dapat dilakukan.





















DAFTAR BACAAN

http://www.p4tkpenjasbk.or.id/new/index.php?option=com_content&view=article&id=112%3A-5-jenis-keterampilan-dasar-konseling&catid=52%3Aartikel&Itemid=119
http://adji-anginkilat.blogspot.com/2010/03/keterampilan-konselor.html
http://charles-mc.blogspot.com/2011/01/keterampilan-seorang-konselor-dalam.html

metode inkuiri

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manusia pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu dan akan selalu berusaha untuk melakukan penyelidikan untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Suchman (1962) berpendapat bahwa individu mempunyai motivasi alami untuk mengadakan penyelidikan.
Dalam proses pembelajaran disekolah pun sering dijumpai metode-metode yang menggunakan cara penyelidikan dalam proses pembelajaranya. Salah satu metode yang digunakan ialah metode inkuiri.

B. Rumusan masalah
Beranjak dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian metode inkuiri ?
2. Apa keunggulan dan kelemahan metode inkuiri?
3. Bagaimana tahapan metode inkuiri?







BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian metode inkuiri
Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini siswa dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri
Model latihan inkuiri pada mulanya dikembangkan oleh Richard Suchman (1960) dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan kemudian dikembangkan dalam ilmu pengetahuan lainya. Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. Adapun gambaran pelaksanaanya adalah sebagai berikut:
Guru menunjukkan sesuatu benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa dikelas. Siswa disuruh mengamati, kemudian guru memberikan masalah/pertanyaan kepada semua siswa yang sudah siap dengan jawaban/pendapat. Jawaban/pendapat yang sudah dikemukakan oleh salah seorang siswa tidak boleh diulang oleh siswa lainya. Jadi masalah itu berkembang sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
Dari gambaran diatas, maka siswa akan memperoleh banyak masukan yang dapat memperbanyak pengetahuan siswa. Hal ini dapat terjadi apabila proses interaksi belajar mengajar bila ada arah perubahan dari “teacher centered” kepada “student centered”.
B. Tahap-tahap dalam penerapan metode inkuiri
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam upaya menerapkan metode inkuiri adalah sebagai berikut:


1. Menyajikan masalah atau menghadapkan siswa kepada situasi teka-teki
Pada tahap ini guru menyatakan situasi masalah dan menentukan prosedur inkuiri kepada siswa(dapat berbentuk pertanyaan yang hendaknya dapat dijawab dengan “ya” atau “tidak” dan disertai dengan alasan)
2. Pengumpulan dan verifikasi data
Pada tahap ini siswa mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang mereka lihat atau alami.
3. Mengumpulka unsur baru
Pada tahap ini siswa mengajukan unsur kedalam suatu situasi untuk melihat perubahan yang terjadi.
Pada tahap ini peran guru, ialah memperluas proses inkuiri siswa dengan naboleh mengajukan pertanyaan tentang objek, ciri, kondisi dan peristiwa.
4. Merumuskan penjelasan
Pada tahap ini, guru mengajak siswa untuk merumuskan penjelasan mengenai hal-hal yang mereka peroleh selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Mengadakan analisis tentang proses inkuiri
Pada tahap ini, siswa diminta untuk menganalisa pola-pola penemuan mereka. Mereka boleh menentukan pertanyaan yang lebih efektif, produktif dan tipe informasi yang mereka butuhkan dan yang tidak mereka peroleh pada saat melakukan pengamatan. Tahap ini penting apabila kita melaksanakan proses inkuiri dan mencoba memperbaikinya secara sistematis.
C. Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri
Adapun metode inkuiri ini memiliki keunggulan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk “self -consept” pada diri siswa, sehingga siswa siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.
4. Mendorong siswa untuk berfikir intuitif dan merumuskan hipotesanya sendiri.
5. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik bagi siswa.
6. Situasi proses belajar jadi lebih hidup dan berkembang.
7. Dapat mengembangkan bakat siwa.
8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
9. Siswa dapat terhindar dari cara belajar yang tradisional.
10. Dapat memberikan waktu yang cukup pada siswa, sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Adapun kelemahan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut:
1. Jalannya pelajaran agak lamban
2. Hanya dapat mencari satu pengertian
3. Kelas yang besar dapat menimbulkan kegaduhan.
Kelemahan Metode Inkuiri menurut Fat Hurrahman (2008) adalah:
1. Persiapan dan pelaksanaannya memakan waktu yang cukup lama.
2. Metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan.
3. Sukar dilaksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya

D. Peran guru dalam metode inkuiri
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pelaksanaan metode ini, yaitu:
1. Menstimulir dan menantang siswa untuk berfikir.
2. Memberikan fleksibilitas atau kebebasan untuk ber inisiatif dan bertindak.
3. Menentukan diagnosa kesulitan-kesulitan siswa dan membantu mengatasinya.
4. Mengidentifikasi dan menggunakan waktu mengajar dengan sebaik-baiknya.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Metode Inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya, karena Metode Inkuiri melibatkan peserta didik dalam proses-proses mental untuk penemuan suatu konsep berdasarkan informasi-informasi yang diberikan guru.

B. Saran
Tujuan dari metode pembelajaran inkuiri adalah memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar hendaknya dapat mengembangkan proses inkuiri dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh peserta didik. Orientasi guru ialah “memandang” peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan perkembangan kreativitas peserta didik. Mengajar bertujuan mengembangkan bakat-bakat dan membantu peserta didik mengembangkan konsep dirinya.
Sebagi seorang pengajar yang provisional seorang guru haruslah mampu membangkitkan peserta didik untuk dapat berfikir kritis, mandiri dan ilmiah. Sehingga, peserta didik mempu menggali sendiri hal-hal yang belum ia mengeti. Kemudian dia mendapatkan pengalaman empiris dari proses belajarnya. Akhirnya peserta didik akan mampu dan akan lebih terbiasa untuk memecahkan permasalahannya sendiri. Berarti, fungsi guru sebagai fasilitator dalam kelas, telah terlaksana dengan baik.



















DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, M. D. (1984). MODEL-MODEL MENGAJAR. Bandung: DIPONEGORO
N. K. Roestiyah. (1991). STRATEGI BELAJAR MENGAJAR. Jakarta: RINEKA CIPTA
http://blinksastrakumaster1988.blogspot.com/2011/01/strategi-pengajaran-dengan- menggunakan.html
http://www.scribd.com/doc/8772794/METODE-Pembelajaran-IPS

teori kepribadian

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Ada begitu banyak teori yang membahas mengenai kepribadian manusia yang dibahas dalam psikologi kepribadian. Dalam membahas teori tersebut para tokoh dari masing-masing aliran membahas mengenai kepribadian manusia dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam psikologi kepribadian terdapat empat aliran yang sering dibahas, yaitu:
1. Aliran psikoanalisis
2. Aliran behaviorisme
3. Aliran humanistik, dan
4. Aliran sifat/trait.
Untuk mengkaji lebih jauh mengenai psikologi kepribadian, berikut akan dibahas mengenai keempat aliran yang telah disebutkan diatas.
B. Rumusan masalah
Beranjak dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Permasalahan apa saja yang dibahas oleh tiap aliran dalam psikologi kepribadian?
2. Siapa tokoh dari masing-masing aliran?












BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran Psikoanalisis
1. Kepribadian dalam teori psikoanalisa
Dalam mencoba mamahami sistem kepribadian manusia, Freud membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga sistem kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu. Energi dasar ini menjadi kebutuhan instink individu yang menuntut pemuasan. Tiga sistem tersebut adalah id, ego, dan superego.
1.1. Id
Id(das es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar yang didalamnya naluri-naluri bawaan. Aspek ini merupakan sistem original pada manusia yang berhubungan dengan kondisi biologis manusia.
1.2. Ego
Ego(das ich) adalah sistem kepribadian yang mengarahkan individu pada dunia objekdari kenyataan dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Ego terbentuk pada struktur kepribadian manusia sebagai hasil kontak dengan dunia luar.
1.3. Super ego
Super ego(das ueber ich) merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif.

2. Fase perkembangan kepribadian
Freud menyatakan bahwa pada manusia terdapat enam fase atau tahapan perkembangan yang kesemua tahapan tersebut menentukan bagi pembentukan kepribadian, dan masing-masing fase berkaitan dengan daerah atau bagian tubuh tertentu yang peka dan bisa mendatangkan kesenangan seksual apabila dikenai rangsangan. Adapun fase pekembangan yangg dimaksudkan Freud ialah:
a. Fase oral berlangsung pada anak usia 0-1 tahun
b. Fase anal barlanngsung pada anak usia 1-3 tahun
c. Fase falik berlangsung pada anak usia 3-5 tahun
d. Fase latent berlangsung pada anak usia 5-12/13 tahun
e. Fase pubertas berlangsung pada anak usia 12/13-20 tahun
f. Fase genital



B. Aliran Behaviorisme
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh perbendaharaan tingkah lakunya melalui belajar. Dia bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.
Bagi Skinner, studi mengenai kepribadian itu ditujukan pada penemuan pola yang khas dari kaitan antara tingkah laku organisme dan berbagai konsekuensi yang diperkuatnya.
Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik yang digunakan untuk mengontrol perilaku. Tekhnik tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Pengekangan fisik (psycal restraints)
Menurut skinner, kita mengntrol perilaku melalui pengekangan fisik. Misalnya, beberapa dari kita menutup mulut untuk menghindari diri dari menertawakan kesalahan orang lain. Orang kadang-kadang melakukannya dengan bentuk lain, seperti berjalan menjauhi seseorang yang tealh menghina ita agar tidak kehilangan kontrol dan menyerang orang tersebut secara fisik.
2. Bantuan fisik (physical aids)Kadang-kadang orang menggunakan obat-obatan untuk mengontrol perilaku yang tidak dinginkan.
Obat perangsang agar tidak mengatuk saat menempuh perjalanan jauh. Bantuan fisik bisa juga digunakan untuk memudahkan perilaku tertentu, yang bisa dilihat pada orang yang memiliki masalah penglihatan dengan cara memakai kacamata.
3. Mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
Suatu tekhnik lain adalah mengubah stimulus yang bertanggunggung jawab. Misalnya, orang yang berkelebihan berat badan menyisihkan sekotak permen dari hadapannya sehingga dapat mengekang diri sendiri.

4. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional conditions)
Skinner menyatakan terkadang kita mengadakan perubahan emosional dalam diri kita untuk mengontrol diri. Misalnya, beberapa orang menggunakan tekhnik meditasi untuk mengatasi stess.

5. Melakukan respons-respons lain (performing alternativeresponses)
Menurut Skinner, kita juga sering menahan diri dari melakukan perilaku yang membawa hukuman dengan melakukan hal lain. Misalnya, untuk menahan diri agar tidak menyerang orang yang sangat tidak kita sukai, kita mungkin melakukan tindakan yang tidak berhubungan dengan pendapat kita tentang mereka.

6. Menguatkan diri secara positif (positif self-reinforcement)
Salah satu teknik yang kita gunakan untuk mengendalikan perilaku menurut Skinner, adalah positive self-reinforcement. Kita menghadiahi diri sendiri atas perilaku yang patut dihargai. Misalnya, seorang pelajar menghadiahi diri sendiri karena telah belajar keras dan dapat mengerjakan ujian dengan baik, dengan menonton film yang bagus.

7. Menghukum diri sendiri (self punishment)
Akhirnya, seseorang mengkin menghukum diri sendiri karena gagal mencapai tujuan diri sendiri. Misalnya, seorang mahasiswa menghukum dirinya sendiri karena gagal melakukan ujian dengan baik dengan cara menyendiri dan belajar kembali dengan giat.

C. Aliran Humanistik
1. Ajaran-ajaran dasar psikologi humanistik

1.1. Individu sebagai keseluruhan yang integral
Maslow menganut prinsip holistik, yaitu sebuah prinsip yang meyakini suatu fenomena atau gejala itu hanya bisa dipelajari jika bersifat menyeluruh dan bersifat integral. Untuk itulah, teori kepribadian humanistik mengemukakan bahwa manusia atau individu itu harus dipelajari dengan dan secara menyeluruh, bukan memisahkannya menjadi beberapa elemen.
Maka dalam teorinya, Maslow menyatakan bahwa motivasi itu mempengaruhi individu secara keseluruhan, bukan hanya bagian-bagian tertentu saja. Semisal ketika kita lapar, yang menyebabkan dorongan (motivasi) itu bukan hanya perut, melainkan diri kita (manusia). Makanan memuaskan kita, bukan perut kita.

1.2. Ketidak relevan penyelidikan dengan hewan
Maslow menegaskan bahwa penyelidikan dengan hewan tidak relevan bagi upaya memahami tingkah laku manusia. Hal ini dikarenakan mengabaikan ciri-ciri yang khas manusia.

1.3. Pembawaan baik manusia
Ajaran lain dari teori ini menyatakan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik. Adapun kejahatan atau keburukan yang ada dalam diri manusia itu disebabkan karena pengaruh lingkungan yang buruk, bukan bawaan

1.4. Potensi kreatif manusia
Kreatifitas merupakan ajaran yang penting dalam teori kepribadian humanistik. Potensi kreatif adalah potensi umum yang pasti dimiliki setiap individu. Maslow yakin bahwa orang yang memiliki kesempatan dan berada dalam lingkungan yang memungkinkan akan dapat mengungkapkan segenap potensinya dengan kreatifitasnya.Untuk menjadi kreatif, tidak perlu memiliki bakat atau kemampuan khusus. Bagi Maslow, kreatifitas adalah bagaimana seseorang itu mampu mengekspresikan dirinya untuk menjadi apa yang dia inginkan.




2. Teori kebutuhan bertingkat

2.1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Adalah sekumpulan kebutuhan-kebutuhan dasar yang paling penting untuk segera dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia, seperti makanan, udara, air dan yang lain. Jika kebutuhan ini belum terpenuhi, maka individu tidak akan tergerak untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang di atasnya.
Kebutuhan fisiologis terutama kebutuhan akn makanan adalah salah satu aspek penting untuk memahami tingkah laku manusia. Efek dari kelaparan atau kekurangan itu sungguh berpengaruh terhadap tingkah laku individu atau manusia, salah satunya ditunjukkan oleh moral yang menurun, seperti mencuri. Dengan demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa kebutuhan ini menjadi pendorong dan berpengaruh kuat terhadap tingkah laku manusia dan manusia akan memenuhinya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi.

2.2. Kebutuhan akan rasa aman
Menurut Maslow adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kenyamanan dan keteraturan dari keadaan lingkungan sekelilingnya.

2.3. Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
Adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan interaksi dan ikatan emosional dengan individu yang lain, baik di lingkungan keluarga atau masyarakat. Individu akan mengalami keterasingan, kesepian apabila keluarga, teman atau pasangan hidup meninggalkannya. Ia akan mengalami penderitaan dalam hidupnya. Tapi bagi sebagian orang, dalam kesepiannya, ia bisa memunculkan suatu kreativitas.
Maslow menekankan bahwa kebutuhan ini mencakup keinginan untuk mencintai dan dicintai. Menurut Maslow, kedua hal ini merupakan syarat terciptanya perasaan yang sehat. Tanpa cinta, seseorang akan dikuasai rasa kebencian, tak berharga dan kehampaan.

2.4. Kebutuhan akan rasa harga diri
Maslow membagi kebutuhan ini menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah penghargaan yang berasal dari diri individu, yang mencakup rasa percaya diri, berkompetisi, kemandirian serta kebebasan. Individu ingin yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Bagian kedua adalah penghargaan dari orang lain diantaranya prestasi, pujian atau hadiah.
Terpuaskannya kebutuhan ini akan menghasilkan rasa percaya diri, bahwa dirinya berharga serta berguna. Sebaliknya, jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka individu akan frustasi, pesimis, merasa dirinya tak berharga. Maslow menyatakan bahwa rasa harga diri yang sehat adalah hasil dari individu yang bersangkutan atau pencapaiannya, bukan berdasar pada keturunan atau pun opini orang lain. Dan Maslow menyebutnya sebagai “bahaya psikologis” jika seseorang hanya mendasarkan dirinya pada opini orang lain.

2.5. Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang tertinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini muncul setelah kebutuhan-kebutuhan dibawahnya telah terpenuhi. Tanda dari aktualisasi diri menurut Maslow adalah hasrat individu mengungkapkan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi apa yang dia inginkan. Maslow menegaskan bahwa aktualisasi diri bukan hanya berbentuk penciptaan karya-karya atau hasil dari kemampuan-kemampuan khusus.

D. Aliran Trait/Sifat
Menurut Allport Kepribadian manusia adalah asli. Individu lebih merupakan makhluk masa kini daripada makhluk masa lampau. Allport mempelajari individu-individu yang normal dan dengan demikian mengembangkan suatu teori yang hampir seluruhnya mengenai Kepribadian sehat. Allport mengemukakan teori tentang jurang antara kepibadian neurotis dan Kepribadian sehat antara masa dewasa dan masa kanak-kanak. Allport melihat pentingnya peningkatan dan bukan pengurangan tingkat tegangan adalah sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan saya sendiri tentang tokoh-tokoh sejarah. Manusia yang hidup dan aktif membutuhkan kehidupan yang beraneka ragam,mereka tidak puas dengan kegiatan yang rutin. Kita semua mengenal orang-orang yang berspekulasi dan memilih kesempatan-kesempatan,yang secara aktif mencari perangsang dan tantangan dalam kehidupan mereka.
Dalam teori Allport antisipasi-antisipasi adalah penting dalam membantu untuk menentukan siapa dan apakah kita ini,dalam membentuk identitas-diri kita. Mereka mengetahui diri mereka dan menerima keterbatasan-keterbatasan mereka dan tidak terpukul oleh keterbatasan itu. Tampak jelas bahwa kalau sehat memiliki suatu gambaran diri dan identitas diri yang kuat,merasakan suatu perasaan harga diri,dapat memberi cinta secara terbuka dan tanpa syarat,merasa aman secara emosional,dan memiliki tujuan-tujuan serta suatu perasaan akan maksud yang memberi arti dan arah kepada kehidupan. Allport dapat memberikan kebenaran-kebenaran kekal didukung oleh pengetahuan kita tentang kehidupan pria-wanita,wanita-wanita historis dan kontemporer,yang telah memperlihatkan sifat-sifat dan atribusi yang dilukiskan dengan begitu semangat.

1. Kepribadian, watak, dan temperament

1.1. Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system Pshycipysis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap sekitar.



1.2. Watak
Watak adalah Character is personality evaluated, and personality is character devaluated (watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian adalah watak tak dinilai).

1.3. Temperament
Temperamnet adalah kesamaan yang sangat erat dengan hubungannya dengan factor-faktor biologs atau fisologis dan karenanya sedikit sekali mengalami modifikasi didalam perkembangan. Peranan utama disini lebih penting/besar daripada segi-segi kepribadian yang lain.
Bagi Alport kepribadian adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi dari individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatanya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hati : gejala ini tergantung kepada factor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan. (Allport, 1951,p.54).

2. Sifat

2.1 Sifat adalah system neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama, memulai serta membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif secara sama.

2.2 Sikap menurut Allport, merupakan hal yang sangat sukar dan sulit untuk di beri definisi, karena sikap bisa di kategorikan sebagai sifat . Namun ada perbedaan diantara kedua hal tersebut, yakni :
• Sikap (attitude) itu berhubungan dengan sesuatu obyek, sedangkan sifat (trait) tidak.
• Sikap biasanya membeikan penilaian (menerima atau menolak) terhadap obyek yang dihadapi, sedangkan sifat tidak.
2.3. Type
Allport membedakan antara sifat dan type :
Menurut Allport orang dapat memiliki sesuatu sifat tetapi tidak sesuatu type. Type adalah konstruksi ideal si pengamat dan seseorang dapat disesuaikan dengan type itu tetapi dengan konsekuensi diabaikan sifat-sifat khas individulnya.
Sifat dapat mencerminkan sifat kahs pribadi sedangkan type malah menyembunyikannya. Jadi bagi Allport, type menunjukkan perbedaan-perbedaan perbuatan yang tak begitu sama dengan kenyataan, sedangkan sifat adalah refleksi sebenarnya daripada yang bernar-benar ada.

3. Intensi
Lebih penting dari penyelidikan mengenai masa lampau ialah penyelidikan mengenai intensi atau keinginan individu mengenai masa depannya. Intensi ini lebih dikenal dengan harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita, rencana-rencana seseorang.

4. Proponioum
Propium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolensi melalui tujuh tingkat “diri”,yaitu:diri jasmaniah,identitas diri,harga diri,perluasan diri,gambaran diri,diri sebagai rasional,dan perjuangan diri.Tujuh propium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolensi.Suatu kegagalan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan integrasi harmonis dalam propium. Pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam perkembangan kepribadian sehat.

4.1. Diri jasmaniah
Kira-kira pada usia 15 bulan,inilah tingkat pertama perkembangan propium. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya.Perasaan diri bukan merupakan bagian dari warisan keturunan kita.

4.2. Identitas diri
Allport berpendapat bahwa segi yang penting dalam identitas diri adalah nama orang.Anak mempelajari namanya,menyadari bahwa perasaan tentan “saya” atau “diri” tetap bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yg berubah-ubah. Nama itu menjdi lambang kehidupan seseorang untuk mengenalkan dirinya terhadap orang lain. Apabila ia menjadi terkenal maka namalah yang terkenal sebelumnya.

4.3. Harga diri
Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai suatu hasil atas usahanya sendiri.Anak ingin belajar membuat benda-benda,menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan,memanipulasi dan mengubah lingkungan itu.Inti dari munculnya harga diri ialah kebutuhan anak akan otonomi.

4.4. Perluasan diri (self extension)
Mulai usia sekitar 4 tahun,anak mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa di antaranya adalah milik anak tersebut.

4.5. Gambaran diri
Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.Lewat pujian dan hukuman,anak belajar bahwa orang tuanya ingin agar anaknya bertingkah laku baik sesuai keinginannya.

4.6. Diri sebagai perilaku rasional
Setelah anak mulai sekolah,diri sebagai pelaku rasional mulai timbul.Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
BAB III
PENUTUP



Diatas telah diuraikan empat macam teori kepribadian yang tiap-tiap teori mengungkapkan pembentukan kepribadian dari sudut yang berbeda-beda.
• Aliran psikoanalisa
Pada aliran ini tokoh nya adalah sigmund freud,freud melihat individu dari sisi negatif nya.baik dari alam bawah sadar (id,ego dan super ego) sesuatu yang timbul dalam dirinya,mimpi dan masa lalu.
• Aliran behaviorisme
Menurut Skiner, individu bukanlah agen penyebab tingkah laku, melainkan tempat kedudukan atau suatu poin yang faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula pada individu tersebut.
• Aliran humanistik
Aliran ini memandang setieap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebihbaik dan memiliki pandangan optimistic dan bisa maju(berkembang)
• Aliran Trait/Sifat
Menurut Allport Kepribadian manusia adalah asli. Individu lebih merupakan makhluk masa kini daripada makhluk masa lampau. Allport mempelajari individu-individu yang normal dan dengan demikian mengembangkan suatu teori yang hampir seluruhnya mengenai Kepribadian sehat. Allport mengemukakan teori tentang jurang antara kepibadian neurotis dan Kepribadian sehat antara masa dewasa dan masa kanak-kanak. Allport melihat pentingnya peningkatan dan bukan pengurangan tingkat tegangan adalah sesuai dengan pengalaman dan pengetahuan saya sendiri tentang tokoh-tokoh sejarah. Manusia yang hidup dan aktif membutuhkan kehidupan yang beraneka ragam,mereka tidak puas dengan kegiatan yang rutin.















DAFTAR PUSTAKA



E.Koeswara. Teori-Teori Kepribadian Psikoanalisis, Behaviorisme, Humanistik.
Bandung: Eresco. 1991
Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/teori-kepribadian-perbedaan-aliran-psikoanalisabehavioristik-dan-humanistik-serta-kritikan-humanistik-terhadap-psikoanalisa-dan-behaviorisme/
http://atpsikologi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-kepribadian-ada-empat-teori.html

Kamis, 03 Maret 2011

narkotika

A.PENDAHULUAN
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) yang biasa disebut narkoba merupakan jenis obat/zat yang diperlukan di dalam dunia pengobatan. Akan tetapi apabila dipergunakan tanpa pembatasan dan pengawasan yang seksama dapat menimbulkan ketergantungan serta dapat membahayakan kesehatan bahkan jiwa pemakainya.
Penyalahgunaan narkoba pada akhir tahun ini dirasakan semakin meningkat. Dapat kita amati dari pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronika yang hampir setiap hari memberitakan tentang penangkapan para pelaku penyalahgunaan narkoba oleh aparat keamanan. Kebanyakan pelakunya adalah remaja belasan tahun, mereka pasti sudah mengerti tentang bahaya mengkonsumsi narkoba, tapi mengapa mereka menggunakannya.
B.PENGERETIAN
1. Narkotika
Narkotika adalah suatu obat atau zat alami, sintetis maupun sintetis yang dapat menyebabkan turunnya kesadaran, menghilangkan atau mengurangi hilang rasa atau nyeri dan perubahan kesadaran yang menimbulkan ketergantungna akan zat tersebut secara terus menerus. Contoh narkotika yang terkenal adalah seperti ganja, eroin, kokain, morfin, amfetamin, dan lain-lain.
Pengertian narkotika menurut Undang-undang / UU No. 22 tahun 1997 : Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.


2. Penyalahgunaan napza
Penyalahgunaan napza adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguankesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial.
C.FAKTOR PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
1.Faktor interen individu
a.Intelegensi
Sering kita jumpai dalam sidang-sidang konseling bahwa taraf kecerdasan para pemakai obat lebih banyak pada taraf rata-rata dan dibawah rata-rata taraf kecerdasan kelompok sebayanya.Secara logis memang seseorang yang memiliki taraf kecerdasan tinggi dengan sendirinya mampu untuk berfikir kritis dan dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik,serta mampu berfikir lebih jauh kedepan.Berbeda dengan seseorang yang memiliki taraf kecerdasan yang rendah,mereka kurang mampu untuk berfikir lebih jauh kedepan mengenai akibat dari apa yang mereka saat ini,sehingga mereka akan lebih mudah terjerumus kedalam penyalahgunaan narkotika.
b.Usia
Ditinjau dari sudut usia mayoritas pemakai narkotika adalah kaum remaja.Karena usia remaja merupakan masa dimana seorang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan menginginkan pengakuan dari lingkungan tempat ia berada.
c.Perasaan ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan hal yang wajar pada diri manusia. Sehingga luasnya publikasi dan informasi tentang pengaruh penyalahgunaan narkotika bukan tidak mungkin bisa merangsang perasaan ingin tahu seseorang untuk mencoba menggunakan narkotika.
d.Dorongan kenikmatan
Pada dasarnya manusia memiliki dorongan hedonitis atau dorongan untuk mencari kenikmatan yang apabila telah diperoleh akan dilakukanya berulang-ulang. Narkotika,disatu sisi dapat memberikan kenikmatan yang unik dan tersendiri.Perasaan ’’enak’’ yang ditimbulkan oleh efek pengaruh kimiawi dari obat yang pada mulanya diperoleh melalui coba-coba cepat atau lambat akan menimbulkan proses belajar yang kemduian akan dilakukan berulang-ulang.
e.Keinginan untuk memecahkan masalah
Dalamsidang-sidang konsultasi sering ditemukan pula bahwa pemakai mulai menyalahgunakan narkotika untuk memecahkan persoalan-persoalan psikologis dalam dirinya. Dengan memakai obat tersebut, pemakai secara sementara dapat membebaskan dirinya dari persoalan-persoalan yang ia hadapi.
2.Faktor eksteren individu
a. Ketidak harmonisan keluarga
Seperti halnya kenakalan remaja lainya, penyalahgunaan narkotika berhubungan erat dengan ketidak harmonisan keluarga pemakai. Banyak pemakai yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana yang diwarnai pertengkaran orang tua yang terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang didalam keluarga. Karena keputusasaan dan kecewa maka pemakai terdorong untuk mencari dunia yang lain dengan menyalahgunakan narkotika.
b. Pekerjaan
Salah satu penyebab seseorang menjadi pemakai ialah mudah tidaknya orang tersebut mendapatkan obat-obatan tersebut. Tidak jarang orang yang bekerja di apotik dan toko obat mejadi pelaku penyalahgunaan narkotika karena mereka lebih mudah untuk mendapatkan obat-obatan tersebut.
c. Tekanan kelompok
Salah satu faktor yang paling sering diduga sebagai sumber penyalahgunaan narkotika ialah lingkungan pergaulan sipemakai. Kemungkinan yang paling masuk akal ialah bahwa kebanyakan pemakai mulai berkenalan dengan narkotika dari teman-teman seppermainanya. Disini kelompok berperan sebagai media awal perkenalan sipemakai dengan narkotika. Selain itu, merupakan hal yang umum apabila kelompok pemakai obat-obatan menekankan kepada setiap anggotanya untuk melakukan hal yang sama, yaitu memakai obat-obatan.

D. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
1. Dampak fisik
Adaptasi biologis tubuh kita terhadap penggunaan narkoba untuk jangka waktu yang lama bisa dibilang cukup ekstensif, terutama dengan obat-obatan yang tergolong dalam kelompok downers. Tubuh kita bahkan dapat berubah begitu banyak hingga sel-sel dan organ-organ tubuh kita menjadi tergantung pada obat itu hanya untuk bisa berfungsi normal. Tetapi, bila penggunaan narkoba dihentikan, ini akan mengubah semua susunan dan keseimbangan kimia tubuh. Mungkin akan ada kelebihan suatu jenis enzym dan kurangnya transmisi syaraf tertentu. Tiba-tiba saja, tubuh mencoba untuk mengembalikan keseimbangan didalamnya. Biasanya, hal-hal yang ditekan/tidak dapat dilakukan tubuh saat menggunakan narkoba, akan dilakukan secara berlebihan pada masa Gejala Putus Obat (GPO) ini.
Selain ketergantungan sel-sel tubuh, organ-organ vital dalam tubuh seperti liver, jantung, paru-paru, ginjal,dan otak juga mengalami kerusakan akibat penggunaan jangka panjang narkoba. Banyak sekali pecandu narkoba yang berakhiran dengan katup jantung yang bocor, paru-paru yang bolong, gagal ginjal, serta liver yang rusak. Belum lagi kerusakan fisik yang muncul akibat infeksi virus {Hepatitis C dan HIV/AIDS} yang sangat umum terjadi di kalangan pengguna jarum suntik.
2. Dampak mental
Selain ketergantungan fisik, terjadi juga ketergantungan mental. Ketergantungan mental ini lebih susah untuk dipulihkan daripada ketergantungan fisik. Ketergantungan yang dialami secara fisik akan lewat setelah GPO diatasi, tetapi setelah itu akan muncul ketergantungan mental, dalam bentuk yang dikenal dengan istilah ‘sugesti’.
Dampak mental yang lain adalah pikiran dan perilaku obsesif kompulsif, serta tindakan impulsive. Pikiran seorang pecandu menjadi terobsesi pada narkoba dan penggunaan narkoba. Narkoba adalah satu-satunya hal yang ada didalam pikirannya. Ia akan menggunakan semua daya pikirannya untuk memikirkan cara yang tercepat untuk mendapatkan uang untuk membeli narkoba. Tetapi ia tidak pernah memikirkan dampak dari tindakan yang dilakukannya, seperti mencuri, berbohong, atau sharing needle karena perilakunya selalu impulsive, tanpa pernah dipikirkan terlebih dahulu.
3. Dampak emosional
Narkoba adalah zat-zat yang mengubah mood seseorang (mood altering substance). Saat menggunakan narkoba, mood, perasaan, serta emosi seseorang ikut terpengaruh. Salah satu efek yang diciptakan oleh narkoba adalah perubahan mood. Narkoba dapat mengakibatkan ekstrimnya perasaan, mood atau emosi penggunanya. Emosi seorang pecandu narkoba sangat labil dan bisa berubah kapan saja. Satu saat tampaknya ia baik-baik saja, tetapi di bawah pengaruh narkoba semenit kemudian ia bisa berubah menjadi orang yang seperti kesetanan, mengamuk, melempar barang-barang, dan bahkan memukuli siapapun yang ada di dekatnya. Hal ini sangat umum terjadi di keluarga seorang alkoholik atau pengguna Shabu-shabu. Mereka tidak segan-segan memukul istri atau anak-anak bahkan orangtua mereka sendiri. Karena melakukan semua tindakan kekerasan itu di bawah pengaruh narkoba, maka terkadang ia tidak ingat apa yang telah dilakukannya.
Saat seseorang menjadi pecandu, ada suatu kepribadian baru yang muncul dalam dirinya, yaitu kepribadian pecandu. Kepribadian yang baru ini tidak peduli terhadap orang lain, satu-satunya hal yang penting baginya adalah bagaimana cara agar ia tetap bisa terus menggunakan narkoba. Ini sebabnya mengapa ada perubahan emosional yang tampak jelas dalam diri seorang pecandu. Seorang anak yang tadinya selalu bersikap manis, sopan, riang, dan jujur berubah total mejadi seorang pecandu yang brengsek, pemurung, penyendiri, dan jago berbohong dan mencuri.
Adiksi terhadap narkoba membuat seseorang kehilangan kendali terhadap emosinya. Seorang pecandu acapkali bertindak secara impuls, mengikuti dorongan emosi apapun yang muncul dalam dirinya. Satu hal juga yang perlu diketahui adalah bahwa salah satu dampak buruk narkoba adalah mengakibatkan pecandu memiliki suatu retardasi mental dan emosional.
4. Dampak spiritual
Narkoba dianggap sebagai sahabat yang selalu setia menemaninya. Orangtua bisa memarahinya, teman-teman mungkin menjauhinya, pacar mungkin memutuskannya, bahkan Tuhan mungkin dianggap tidak ada, tetapi narkoba selalu setia dan selalu dapat memberikan efek yang diinginkannya.
Secara spiritual, Narkoba adalah pusat hidupnya, dan bisa dikatakan menggantikan posisi Tuhan. Adiksi terhadap narkoba membuat penggunaan narkoba menjadi jauh lebih penting daripada keselamatan dirinya sendiri. Ia tidak lagi memikirkan soal makan, tertular penyakit bila sharing needle, tertangkap polisi, dll.
Adiksi adalah penyakit yang mempengaruhi semua aspek hidup seorang manusia, dan karenanya harus disadari bahwa pemulihan bagi seorang pecandu tidak hanya bersifat fisik saja, tetapi juga harus mencakup ketiga aspek lainnya sebelum pemulihan itu dapat dianggap sebagai suatu pemulihan yang sebenarnya.

E. PENYEMBUHAN DAN REHABILITASI
Proses penyembuhan seseorang bukanlah suatu proses sederhana. Seorang penyalahguna obat yang datang pada seorang yang ahli dalam hal penyembuhan tidak dapat begitu saja dikatakan sembuh. Seperti kita ketahui, banyak faktor yang mempengaruhi dalam proses penyembuhanya.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa proses pelepasan seseorang dari ketergantungan obat akan melalui tiga tahap yang berkesinambungan, yaitu meliputi :
1. Tahap penyembuhan
2. Tahap rehabilitasi
3. Tahap aftercare/bimbingan lanjutan
Metode atau pendekatan yang digunakan pada setiap tahap tidaklah sama, bahkan bias menggunakan beberapa metode/pendekatan sekaligus.


1. Tahap penyembuhan
Ini merupakan langkah pertama untuk membantu seseorang melepaskan diri dari ketergantungan obat, terutama yang bersifat fisik. Tahap ini relatif singkat karena tujuan utamanya adalah menghilangkan kebiasaan memakai obat, menghilangkan akibat-akibat yang mempengaruhi fisik, serta menghilangkan gangguan psikologis yang mungkin menyertainya.
Ada beberapa macam pendekatan yang digunakan dalam tahap penyembuhan ini, yaitu :
a. Pendekatan medis
b. Pendekatan keagamaan
c. Pendekatan non-medis
d. Pendekatan psikososial
e. Pendekatan wajib

2. Tahap rehabilitasi
Tujuan tahap ini adalah untuk memudahkan mereka yang telah sembuh untuk memasuki kehidupan masyarakat kembali dengan suatu penyesuaian social yang baik. Penyesuaian sosial ini terbentuk melalui latihan keterampilan dan bimbingan kelompok.
Dengan berdiam dalam suatu panti rehabilitasi sosial, mantan penyalahguna obat dapat mengembalikan rasa percaya dirinya dan sekaligus mendapat bimbingan. Bimbingan juga meliputi bidang kerohanian, penalaran, bakat dan minat serta rekreasi. Lama tahap ini tidak dapat ditentukan.



3. Tahap resosialisasi
Tahap ini sering juga disebut tahap bimbingan lanjutan (after-care) dan justru tahap inilah yang paling kritis. Pada tahap ini mantan pemakai obat sudah tidak tergantung secara fisik, dan secara sosial sudah direhabilitasi, dan sudah kembali ketengah masyarakat untuk hidup sebagaimana layaknya orang biasa. Namun, justru disini akan muncul berbagai dorongan yang memungkinkan seseorang kembali memakai obat.
Biasanya dalam proses ini ada petugas sosial khusus dari lembaga tempat mantan pemakai tersebut direhabilitasi yang bertugas mengikuti perkembangan eks-klien lembaga tersebut.


KESIMPULAN
Ada banyak hal yang dapat menjadi penyebab orang menyalahgunakan narkotika, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun pengaruh lingkungan sekitar. Mereka menyalahgunakan narkotika bisa saja karena perasaan ingin tahunya maupun karena ajakan temanya. Apapun alasanya penyalahgunaan narkotika tetap tak dapat dibenarkan.
Penyalahgunaan narkotika dalam jangka panjang dapat berdampak pada aspek fisik, mental, emosional,dan spiritual pemakai itu sendiri. Dan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah lagi, pemakai harus segera disembuhkan.





DAFTAR PUSTAKA
Budianto. 1989. NARKOBA dan PENGARUHNYA. Bandung : GANECA EXACT
Hurlock . E. B. 1980. PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Jakarta : ERLANGGA
Irwanto dan Yamin danny I. 1991. KEPRIBADIAN, KELUARGA, DAN NARKOTIKA. Jakarta : ARCAN
http:// pikkrrsman1pajangan.wordpress.com/2010/03/09/napza-makanan-apaan-tu/

Kamis, 14 Oktober 2010

Asas-Asas Pembelajaran
Posted: Agustus 1, 2010 by techonly13 in Education, PTK, RPP, RPP B.Indonesia Kls 1-6, RPP IPA Kls 1, RPP IPA Kls 2, RPP IPA Kls 3, RPP IPA Kls 4, RPP IPA Kls 5, RPP IPA Kls VI, RPP IPS, RPP Tematik, Tips Internet, Tips facebook, blog, computer, handphone, kesehatan, musik
2
Pada bagian ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN

Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar dapat membimbing aktifitas guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip-prinsip belajar dapat digunakan untuk mengungkapkan batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran sehingga guru dapat melakukan tindakan yang tepat. Selain itu dengan teori dan prinsip-prinsip belajar guru juga dapat memiliki dan mengembangkan sikap yang diperlukan untuk menunjang peningkatan belajar siswa.



A. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
1. Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
2. Motif ekstrinsik.
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.

2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4. Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.
Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.
Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

5. Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.



6. Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning.
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.

7. Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
• Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
• Penggunaan metode instruksional
• Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
• Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
a. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa
Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

2) Keaktifan
Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

4) Pengulangan
Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.

5) Tantangan
Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

6) Balikan dan penguatan
Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil belajar yang jelek.

7) Perbedaan individual
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru
Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi oleh adanya prinsip-prinsip belajar ini.
1) Perhatian dan motivasi
Implikasi prinsip perhatian bagi guru tampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
• Guru menggunakan metode secara bervariasi
• Guru menggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan
• Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton
• Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question)
Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Memilih bahan ajar sesuai minat siswa
• Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa
• Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya kepada siswa
• Memberikan pujian verbal atau non verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap pertanyaan yang diberikan
• Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa

2) Keaktifan
Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988:224). Hal ini berarti pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:
• Menggunakan multimetode dan multimedia
• Memberikan tugas secara individual dan kelompok
• Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang)
• Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas
• Mengadakan tanya jawab dan diskusi

3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental-emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman diantaranya adalah:
• Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok kecil
• Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi
• Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa
• Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan
• Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah
• Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran
Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk bertindak sebagai manajer/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

4) Pengulangan
Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang berisi pesan yang membutuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap tanpa ada kesalahan sedikitpun. Selain itu, pengulangan juga diperlukan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan di antaranya:
• Merancang pelaksanaan pengulangan
• Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan
• Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang
• Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan
• Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi

5) Tantangan
Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
• Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)
• Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang membutuhkan informasi dari orang lain di luar sekolah sebagai sumber informasi
• Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan
• Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dan yang lain) yang memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan di dalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain.
• Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri
• Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang disajikan dalam topik diskusi


6) Balikan dan penguatan
Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual ataupun kelompok klasikal. Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran harus dapat menentukan bentuk, cara, serta kapan balikan dan penguatan diberikan. Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa. Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa secara benar ataupun salah
• Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan
• Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, klipping pekerjaan rumah) berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil kerja pembelajaran
• Membagikan lembar jawaban tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-catatan bagi pebelajar
• Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peringkat yang diraih setiap siswa berdasarkan skor yang dicapai dalam tes
• Memberikan anggukan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan benar pertanyaan yang disajikan guru.
• Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas

7) Perbedaan individual
Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi 30 siswa dalam satu kelas, berarti menghadapi 30 macam keunikan atau karakteristik. Selain karakteristik/keunikan kelas, guru harus menghadapi 30 siswa yang berbeda karakteristiknya satu dengan lainnya. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
• Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya
• Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran
• Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
• Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan

KESIMPULAN
Dari pembahasan prinsip-prinsip belajar yang berimplikasi bagi siswa maupun guru, dalam satu kegiatan yang dilakukan siswa maupun guru, kita dapat menemukan perwujudan/penampakan dari prinsip-prinsip belajar lebih dari satu. Kenyataan bahwa dalam satu kegiatan pembelajaran terdapat lebih dari satu prinsip belajar yang tampak menuntut guru untuk benar-benar menguasai dan terlebih menandai perwujudan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN
• Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Posted by fin-fina-fin at 00.03
Labels: Belajar dan Pembelajaran
Judul skripsi bimbingan dan konseling


1. Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok
Universitas Gadjah Mada) Magister

2. Hubungan antara persepsi terhadap bimbingan konseling, sikap terhadap bimbingan konseling, dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
( Universitas Gadjah Mada) Magister

3. Pengaruh bibliokonseling sebagai teknik konseling kelompok untuk mengurangi prasangka sosial siswa etnik Jawa dan Tionghoa
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

4. Hubungan hasil belajar keseluruhan matakuliah program studi bimbingan dan konseling dengan penyesuaian sosial mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

5. Hubungan antara tingkat penerimaan pelayanan bimbingan dan konseling dengan persepsi siswa terhadap pelayanan dan bimbingan dan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Padang
( Universitas Gadjah Mada) Magister
6. Efektivitas layanan konseling melalui pendekatan sugestif dibandingkan konseling melalui pendekatan persuasif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akademi Akuntansi Trisakti dengan indeks prestasi kumulatif di bawah 2
( Universitas Indonesia) Magister
7. Hubungan persepsi siswa terhadap suasana rumah dan bimbingan konseling di sekolah dengan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Palembang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

8. Tingkat unjuk kerja konselor dalam menyelenggarakan wawancara konseling awal ditelaah dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya : studi deskriptif-analitik terhadap para konselor di SMA negeri Kotamadya Bandung
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

9. Perbedaan penyesuaian diri di sekolah ditinjau dari sikap terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah, jenis kelamin dan tingkat kelas para siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister
10. Unsur-unsur informasi bimbingan dan konseling dalam adat-istiadat kelaziman serta kebiasaan hidup masyarakat Riung-Ngada
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

11. Efektivitas model bantuan Carkhuff dan konseling direktif dengan dan tanpa kontak mata dalam membantu konseli membuat keputusan pilihan program studi
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

12. Model pengembangan sistem bimbingan dan konseling yang fungsional di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

13. Tahap-tahap penalaran moral remaja menurut Kohlberg dalam latar sosial-budaya Flobamora : implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

14. Efektivitas pelatihan ketrampilan dasar konseling untuk meningkatkan ketrampilan konseling petugas TB
( Universitas Gadjah Mada) Magister
15. Persepsi siswa dan guru mata pelajaran terhadap pengelolaan bimbingan dan konseling pada SLTP Negeri di Kecamatan Baruga Kendari
( Universitas Negeri Makassar) Magister
16. Pengaruh konseling kepada ibu terhadap pengetahuan sikap dan perilaku menyusui secara eksklusif dan pertumbuhan bayi sampai umur 4 bulan di Kabupaten Minahasa
( Universitas Gadjah Mada) Magister

17. Pengaruh konseling kognitif terhadap depresi siswa SLTP dan SLTA di Kota Surabaya
( Universitas Gadjah Mada) Doktor
18. Pengaruh tingkat persepsi dan sikap mengenai pelaksanaan bimbingan konseling terhadap tingkat kesulitan belajar : studi pada siswa SMP negeri di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
( Universitas Negeri Makassar) Magister
19. Pengaruh konseling gizi dengan buklet terhadap konsumsi makanan dan status gizi penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister
20. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah : studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
( Universitas Indonesia)

Judul Skripsi

Judul skripsi bimbingan dan konseling

1. Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok
Universitas Gadjah Mada) Magister

2. Hubungan antara persepsi terhadap bimbingan konseling, sikap terhadap bimbingan konseling, dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar
( Universitas Gadjah Mada) Magister

3. Pengaruh bibliokonseling sebagai teknik konseling kelompok untuk mengurangi prasangka sosial siswa etnik Jawa dan Tionghoa
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

4. Hubungan hasil belajar keseluruhan matakuliah program studi bimbingan dan konseling dengan penyesuaian sosial mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

5. Hubungan antara tingkat penerimaan pelayanan bimbingan dan konseling dengan persepsi siswa terhadap pelayanan dan bimbingan dan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Padang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

6. Efektivitas layanan konseling melalui pendekatan sugestif dibandingkan konseling melalui pendekatan persuasif terhadap prestasi belajar mahasiswa Akademi Akuntansi Trisakti dengan indeks prestasi kumulatif di bawah 2
( Universitas Indonesia) Magister

7. Hubungan persepsi siswa terhadap suasana rumah dan bimbingan konseling di sekolah dengan prestasi belajar di beberapa SMA negeri Kotamadya Palembang
( Universitas Gadjah Mada) Magister

8. Tingkat unjuk kerja konselor dalam menyelenggarakan wawancara konseling awal ditelaah dari latar belakang pendidikan dan pengalaman kerjanya : studi deskriptif-analitik terhadap para konselor di SMA negeri Kotamadya Bandung
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

9. Perbedaan penyesuaian diri di sekolah ditinjau dari sikap terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah, jenis kelamin dan tingkat kelas para siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister

10. Unsur-unsur informasi bimbingan dan konseling dalam adat-istiadat kelaziman serta kebiasaan hidup masyarakat Riung-Ngada
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Magister

11. Efektivitas model bantuan Carkhuff dan konseling direktif dengan dan tanpa kontak mata dalam membantu konseli membuat keputusan pilihan program studi
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

12. Model pengembangan sistem bimbingan dan konseling yang fungsional di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung) Magister

13. Tahap-tahap penalaran moral remaja menurut Kohlberg dalam latar sosial-budaya Flobamora : implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling di sekolah
( Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang) Doktor

14. Efektivitas pelatihan ketrampilan dasar konseling untuk meningkatkan ketrampilan konseling petugas TB
( Universitas Gadjah Mada) Magister

15. Persepsi siswa dan guru mata pelajaran terhadap pengelolaan bimbingan dan konseling pada SLTP Negeri di Kecamatan Baruga Kendari
( Universitas Negeri Makassar) Magister

16. Pengaruh konseling kepada ibu terhadap pengetahuan sikap dan perilaku menyusui secara eksklusif dan pertumbuhan bayi sampai umur 4 bulan di Kabupaten Minahasa
( Universitas Gadjah Mada) Magister

17. Pengaruh konseling kognitif terhadap depresi siswa SLTP dan SLTA di Kota Surabaya
( Universitas Gadjah Mada) Doktor

18. Pengaruh tingkat persepsi dan sikap mengenai pelaksanaan bimbingan konseling terhadap tingkat kesulitan belajar : studi pada siswa SMP negeri di Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar
( Universitas Negeri Makassar) Magister

19. Pengaruh konseling gizi dengan buklet terhadap konsumsi makanan dan status gizi penderita gagal ginjal kronik dengan hemodialisis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
( Universitas Gadjah Mada) Magister

20. Pelaksanaan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah : studi kasus program penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi remaja di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
( Universitas Indonesia)